Hikayat Tabut Nabi Adam
MAWAN SUGANDA
Ketika Nabi Adam AS dikeluarkan dari surga, ia membawa wewangian surga, batu hitam (Al-Aswad) yang aslinya berwarna lebih putih dari salju, tongkat setinggi Nabi Musa, dan sejumlah benda lainnya. Adam pun dari surga membawa “Tabut”, yang berarti Peti Perjanjian….Sebelum menciptakan Adam, Allah SWT menciptakan langit, bumi dan seisinya, seperti gunung, laut, tumbuhan, hewan, binatang, matahari sebagai sumber panas, bulan sebagai penerang malam, serta bintang-bintang sebagai penghias alam. Kesemuanya itu diciptakan oleh Allah dalam waktu enam masa, yang satu masa itu di sisi Allah sama dengan satu millenium atau seribu tahun menurut perhitungan manusia.
Sebagai makhluk manusia pertama, Adam telah menikmati semua fasilitas yang disediakan oleh Allah. Ia diperbolehkan menikmati semuanya, kecuali hanya satu yakni pohon Khuldi. Ia harus menjauhinya.
Di surga, Adam merasa kesepian, karena hidup sendiri tanpa kawan bermain dan teman bergaul. Maka Allah pun menciptakan makhluk lain yang terbuat dari tulang rusuk Adam sendiri, yang kemudian diberi nama Hawa yang berkelamin perempuan.
Lengkaplah sepasang manusia penghuni surga. Keduanya lantas dinikahkan oleh Allah. “Hai Adam, tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga, dan nikmati segala yang ada, kecuali pohon ini. (Jika melanggar larangan itu) Nanti kamu akan jadi orang durjana,” firman Allah.
Maka Adam dan Hawa pun hidup, berpasangan, bercengkrama dan berbahagia di surga yang sangat indah. Hingga suatu ketika mereka terhasut bujuk rayu setan dan melanggar larangan Allah: Memakan buah Khuldi!
Allah SWT berfirman dalam QS. Thaha: 115-122, yang artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat. Dan (ingatlah) ketika Kami berkata kepada malaikat, ‘Sujudlah kamu kepada Adam,’ maka mereka sujud kecuali iblis. Ia membangkang. Maka kami berkata, ‘Hai Adam, sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu dan bagi istrimu, maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka. Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang, dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak (pula) akan ditimpa panas matahari di dalamnya. Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepadanya (Adam) dengan berkata, “Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepadamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?” Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu tampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan susahlah ia. Kemudian Tuhannya memilihnya. Maka dia menerima tobatnya dan memberinya petunjuk.”
Ketika Nabi Adam AS dikeluarkan dari surga, ia membawa wewangian surga, batu hitam (Al-Aswad) yang aslinya berwarna lebih putih dari salju, tongkat setinggi Nabi Musa (sekitar lima meter) yang terbuat dari tumbuhan surga yang harum, dan sejumlah benda lainnya. Adam pun dari surga membawa “Tabut”, yang berarti Peti Perjanjian.
Dalam Bahasa Arab, At-Tabut berarti sejenis peti atau kotak. Istilah ini juga dimaksudkan dengan kotak yang terbuat dari kayu di mana bayi Musa disimpan karena takut pada keganasan Fir’aun.
Istilah At-Tabut berasal dari kata “Taba” yang berarti “kedatangan
kembali”, maksudnya menggambarkan datangnya kembali rahmat Allah SWT.
Setelah Nabi Adam AS meninggal dunia, Tabut dimiliki Nabi Syis AS, sesudah itu berpindah kepada nabi lain berdasarkan garis keturunannya. Setelah cukup lama, Nabi Ibrahim AS mewarisi peti itu, kemudian nabi Samuel AS, dan seterusnya nabi-nabi lainnya dari kalangan Bani Israil.
Para Nabi dari Bani Israil sering sekali menempatkan peti perjanjian itu di depan, saat mereka bertempur melawan musuh-musuhnya. Dikisahkan, bahwa Nabi Musa AS selalu membawa Tabut saat maju berjihad, bertempur membela agama Allah. Peti itu menjadi pelipur lara, tempat istirahat, dan memberikan ketenangan jiwa bagi Bani Israil.
Para ahli tafsir lain mengatakan, bahwa Peti Perjanjian itu mengeluarkan teriakan seperti seekor kucing ketika dibawa ke medan pertempuran, sehingga musuh menjadi panik dan merasa ngeri, serta ujung-ujungnya mereka pun melarikan diri dari arena pertempuran. Jadi, kemenangan berada pada pihak yang membawa Peti Perjanjian itu, tanpa mngalami kesulitan.
Ketika Nabi Musa AS tergopoh-gopoh berlari sambil membawa kepingan Kitab Firman Allah SWT, ia sempat terjatuh. Kepingan kitabnya pecah, sebagiannya diambil oleh malaikat dan dibawa ke surga, sementara Musa mengumpulkan sisanya dan kemudian menyimpannya di dalam Tabut. Hanya seperenam bagian saja dari kitab itu yang tinggal di dalam Tabut.
Tabut atau Peti Perjanjian itu juga berisi barang-barang keramat, seperti: jubah dan sepatu Nabi Musa, sorban Nabi Harun AS, serta jambangan “Manna”, sehingga generasi berikutnya dapat bersyukur kepada Allah atas karunia yang Dia limpahkan kepada nenek-moyang mereka di padang pasir.
Sementara itu, Bangsa Israil menganggap Tabut itu sangat suci. Mereka percaya bahwa dengan menggunakannya, Allah SWT akan mendatangi mereka dan menolongnya dari serangan musuh. Peti itu merupakan simbol keagungan, kedamaian, dan kemenangan bagi mereka.
Dikisahkan, setelah Nabi Musa AS meninggal dunia, Tabut tersebut menjadi milik Bangsa Israil yang dikeramatkan. Namun, Bangsa Israil cepat sekali membuat dosa-dosa besar. Mereka mulai melakukan segala perbuatan yang memalukan seperti membunuh, zina, mencuri, dan berbagai pelanggaran lainnya. Mereka meninggalkan undang-undang dari Nabi Musa AS.
Maka akhirnya Allah SWT pun menyerahkan mereka kepada tangan-tangan penindas yang sangat kuat. Saat itu Bangsa Israil telah kehilangan banyak kota, direbut oleh kaum Amalekite. Keadaan Israil, negeri para nabi, menjadi porak-poranda!
Dikisahkan, pada saat itu Bangsa Israil memiliki seorang raja bernama Ilaq. Dia mempersiapkan pasukannya untuk maju perang melawan kaum Amalekite yang merupakan sempalan dari kaum ‘Ad. Di antaranya, mereka membawa Tabut yang sangat dikeramatkan. Tetapi mereka mengalami malapetaka yang sangat hebat.
Peristiwanya sebagai berikut….
Kaum Amalekite (sekitar abad ke-11 SM) melakukan serangan yang hebat terhadap Bani Israil. Serangan ini berhasil. Karenanya, setelah perang yang banyak menumpahkan darah itu, kaum Amalekite merebut pusaka mereka yang paling berharga yakni Tabut atau Peti Perjanjian.
Tidak ada apa-apa lagi selain duka nestapa yang memenuhi rongga hati Bangsa Israil. Sebagai pengganti, janji, doa dan permohonan mereka panjatkan kepada Allah SWT. Mereka memohon anugerah Tuhan berupa pusaka nabi.
“Keagungan Israil telah tiada karena direbutnya Peti Tuhan (Tabut),” demikian ratap Bangsa Israil.
Atas hukuman yang mereka alami dan saksikan, terpaksa mereka berkesimpulan, “Peti Tuhan Bangsa Israil tidak boleh tinggal di antara kita lebih lama lagi, karena tanganNya lebih hebat ketimbang kita.”
Saat Bangsa Israil tidak mempunyai nabi lagi di wilayahnya, Allah mengangkat Samuel sebagai nabi mereka. Nabi Samuel AS tinggal di wilyah pegunungan Palestina yang disebut Ephraim (tahun 1.100 SM). Bani Israil ingin menembus semua kerugian dengan merebut kembali negeri dan Tabut yang hilang. Kerena itu mereka mendesak Nabi Samuel AS agar ia menunjuk seorang raja, yang mampu memimpin perang.
Nabi Samuel AS menanyakan kepada Bangsa Israil, apakah mereka akan ikut berperang jika hal tersebut diwajibkan? Mereka memberikan jawaban positif, menyatakan siap berperang di jalan Allah, karena telah terusir dari negeri sendiri dan tak sedikit dari kaum mereka yng mati terbunuh. Para pengikut Jalut, pemimpin kaum Amalekite, bahkan telah berulang kali melakukan perbuatan yang tidak menyenangkan terhadap Bani Israil.
Nabi Samuel AS memohon agar Allah SWT mengirimkan seorang raja. Maka Allah pun kemudian mengirimkan Thalut (Saul). Setelah itu sang nabi mengumumkan kepada bangsa Israil, bahwa Allah telah mengangkat Thalut sebagai raja bagi mereka.
Pada mulanya mereka menolak Thalut sebagai raja, dengan berbagai alasan yang mengada-ada serta sangat ngawur. Di antaranya, mereka mengatakan bahwa Thalut hanyalah seorang penyamak kulit dan terlalu lemah untuk dinobatkan menjadi raja. Padahal sebenarnya, Thalut adalah dari suku Beniamine (Benyamin/adik kandung Nabi Yusuf AS), keturunan Nabi Ya’qub AS. Allah SWT telah memilih Thalut dan telah menganugerahinya ilmu pengetahuan yang sangat luas, serta berbadan perkasa atau tegap. Tetapi bangsa Israil ternyata tidak mau menerima Thalut begitu saja.
Menghadapi Bagsa Israil yang keras kepala itu, Nabi Samuel AS lalu memberikan suatu jaminan bahwa tanda kekuasaan Thalut adalah kembalinya Tabut kepada mereka, dan di dalamnya terdapat sisa peninggalan keluarga Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS. Dan para malaikat akan membawa peti tersebut bagi Bangsa Israil.
Sementara itu, kaum Amalekite yang kini menguasai Tabut, semakin menderita oleh wabah penyakit. Mereka percaya bahwa baru akan selamat dari beragam bencana, dengan cara mengembalikan Tabut kepada pemiliknya. Maka pada suatu hari, mereka menempatkan Tabut tersebut di atas sebuah gerobak. Apa yang kemudian terjadi?
Sungguh sangat ajaib! Tiba-tiba gerobak itu bergerak tanpa seorang pun yang mengemudikannya. Para malaikat mengarahkan gerobak ini, dan kerja mereka dilakukan di lapangan terbuka. Namun wujud dari para malaikat tersebut tentu saja tidak terlihat.
Saat itu Bangsa Israil menyaksikan sebuah keajaiban yang sangat nyata. Tak hanya itu, para malaikat kemudian mengangkat gerobak ini ke angkasa sehingga seluruh Bangsa Israil melihatnya dengan jelas. Selanjutnya, para malaikat meletakkannya di dekat Thalut.
Akhirnya, dengan suara bulat Thalut diterima oleh seluruh penduduk Bangsa Israil sebagai raja mereka. Kembalinya Tabut itu, memberi mereka kenyamanan dan keamanan.
Dimanakah Tabut itu sekarang?
Ada sebagian pihak mengatakan bahwa Tabut tersebut pernah diangkut ke Yerusalem, dan ternyata Tabut suci tersebut ada di Axum, sebuah kota di bagian utara dari Ethiopia. Tabut tersebut sudah disimpan disana sejak sekitar 3.000 tahun yang lampau, sejak kerajaan Salomo (Nabi Allah Sulaiman). Tempat penyimpanan Tabut itu dalam satu tempat rahasia, di dalam gua di bawah tanah dari gereja “Zion of Mary”. Gua tersebut dijaga dengan ketat oleh para imam dari keturunan raja Israel.Tabut tersebut disimpan di dalam ruangan yang dikelilingi oleh tujuh tembok. Hanya ruangan dari tembok pertama sampai dengan ke empat bisa digunakan untuk berdoa oleh para imam di sana. Dan untuk ruangan ke lima maupun ke enam hanya boleh dimasuki oleh para tetua imam saja. Sedangkan yang boleh masuk ke ruangan paling dalam atau ruangan ketujuh dimana Tabut tersebut disimpan, hanya seorang imam pilihan saja, yakni yang menjadi penjaga dari Tabut suci tersebut.
Konon, imam penjaga Tabut, tidak diperkenankan keluar dari gua tersebut, bahkan ia hanya diperbolehkan keluar sampai dengan ke ruangan ke enam saja, untuk mengambil makanan dan minuman yang dibawakan oleh imam tetua lainnya. Ia harus tinggal di ruangan tersebut selama hidupnya, bahkan ia harus puasa dan berdoa selama 225 hari dalam setahun. Apabila ia mati maka ia akan digantikan oleh imam pilihan lainnya.
Kebanyakan penjaga di situ dipercayai akan mengalami buta dan menemuai ajal dalam keadaan tubuh mereka terbakar atau keracunan kesan dari radiasi dari tabut tersebut yang dikatakan mengandungi kesan radioaktif yang luar biasa, sehingg siapa saja yang menyentuhnya juga akan menemui ajal.
Waallahu A’lam…!
Komentar