PENGALAMAN RUH DI LUAR TUBUH
MAWAN SUGANDA
Benarkah menjelang kematian ruh berada di sekitar badan wadag kita? Lantas, apa sesungguhnya yang akan kita rasakan...?
Kisah ini terjadi pada awal Desember 1943, ketika tentara Amerika bertempur hebat melawan seradu Jepang di kepulauan Solomon. George Richie, seorang prajurit Angkatan Darat (AD) Amerika baru saja merayakan keberuntungannya mendapat kesempatan kuliah di Medical College di Virginia, yang berarti dia memiliki kesempatan untuk menjadi seorang dokter. Sayangnya, sebelum dipulangkan kembali ke Amerika, George ditugaskan bertempur ke garis terdepan.
Keberangkatannya ke garis depan tertunda karena dia tiba-tiba jatuh sakit. Entah apa sebabnya dada Goerge mendadak terasa amat nyeri, disusul dengan flu berat. Akibatnya, kondisi fisiknya dari waktu ke waktu bertambah lemah, hingga dia dimasukkan ke rumah sakit. Dan setelah beberapa hari dirawat, George Richie dinyatakan sembuh. Tetapi saat hendak kembali ke Richmond, Virginia, suhu badannya mendadak naik mencapai 100 derajat Fahrenheit. Pendengarannya tiba-tiba kabur. Di saat antara sadar dan tidak dia masih sempat mendengar bunyi mesin sinar X, namun tak lama kemudian sunyi senyap. Dia tak ingat apa-apa lagi. Secara medis Goerge Richie dinyatakan telah mati
Tapi, apa yang sebenarnya terjadi dengan anak muda pemberani itu?
Setelah tak sadarkan diri lagi, Goerge merasa terbangun dari tidur dan menyadari dirinya berada di atas sebuah tempat tidur kecil yang asing. Betapa terkejutnya dia, ketika meraba kepalanya, terasa sangat licin. Untuk sementara rasa terkejutnya hilang berganti dengan rasa panik. Khawatir ketinggalan kereta yang akan menuju Richmond, Viginia, dengan cepat dia melompat dari tempat tidur dan mencari seragamnya. Tapi tak ada, begitu pula dengan tasnya.
George Richie terkejut sekali, ketika melihat seorang pemuda terbujur kaku di atas tempat tidur itu. Dia merasa tak percaya atas penglihatannya sendiri, karena yang terbujur kaku itu adalah dirinya sendiri. Tanpa sempat berpikir lebih jauh pada apa yang tengah terjadi, George Richie berlari meninggalkan kamar. Dalam pikirannya dia harus cepat berangkat ke Richmond, sebab dia tak ingin terlambat tiba di Virginia untuk melanjutkan studinya.
Ketika dia tengah berlari dengan tubuh terasa sangat ringan, di sebuah lorong ia berpapasan dengan atasannya.
"Maaf, Sersan!" Katanya, karena hampir saja ia menabraknya. Tak lupa dia pun memberi hormat sebagaimana lazimnya tatakrama dalam dunia militer.
Tapi aneh sekali, perwira itu diam saja, bahkan dia terus melangkah seperti tidak melihat George Richie. Tentu saja anak muda ini menjadi kebingungan. Dia mengejar atasannya itu, tapi sang atasan benar-benar tak peduli, bahkan seperti sungguh-sungguh tak melihat kehadirannya.
Dalam keadaan panik, Goerge bahkan sengaja menabrakkan tubuhnya pada sang atasan. Aneh, perwira itu sama sekali tak bergeming. Bahkan, Goerge seperti tidak merasakan sentuhan apapun. Tubuhnya berubah hampa.
Selanjutnya Goerge Richie semakin tidak mengerti dengan serentetan kejadian yang menurutnya aneh. Namun George Richie bergegas ke luar karena dia sungguh-sungguh tidak ingin ketinggalan kereta. Lagi-lagi keanehan terjadi. Dia merasa dapat berjalan dengan amat cepat, seperti terbang saja. Dia juga baru menyadari kalau dirinya masih mengenakan piyama rumah sakit, tapi sama sekali tidak merasa kedinginan, padahal ketika itu musim dingin tengah menghebat.
Ketika tiba di sebuah jalan dekat sungai besar, kembali dia dibuat heran. Soalnya, tidak seorangpun yang berada di sana memperhatikan dirinya. Paling tidak, dia tahu hal itu dari orang-orang yang nyaris bertubrukan dengannya.
Lebih aneh lagi, dia dapat menembus boks telepon umum. Ketika dia bermaksud ingin menelepon ibunya di Virginia yang sudah barang tentu sangat menunggu kedatangannya. Dan keheranannya memuncak saat dia hendak memegang horn telpon, tidak juga dapat terpegang olehnya. Akhirnya, George Richie baru sadar bahwa dirinya tidak lagi “normal”.
“Apa yang terjadi dengan diriku?” Pikir Goerge hampir menangis.
George Richie yang pernah mempelajari masalah Out of Body Experience (OBE), yang berarti pengalaman ruh di luar tubuh kasarnya, dan Near Death Experience (NDE), pengalaman mendekati kematian, akhirnya menyadari saat itu dirinya adalah ruh dari badan halus. Sedang badan kasarnya adalah yang masih terbujur kaku di rumah sakit.
“Aku telah mati…?” Dia akhirnya menangis seorang diri.
Akhirnya, George Richie memutuskan untuk kembali ke tubuh kasarnya. Sungguh aneh, begitu dia berpikir untuk kembali ke rumah sakit menemui badan kasarnya, dalam sekejap mata dia telah berada di sana. Tanpa dia ketahui bagaimana prosesnya, tiba-tiba ia dapat menyatu lagi dengan tubuhnya dan terbangun.
Kenyataan itu amat mengejutkan bagi dokter yang baru saja menandatangani surat kematian George Richie. Dan George Richie dinyatakan hidup kembali pada malam 20 Desember 1943. Karena dibuat heran oleh pengalamannya sendiri, akhirnya George Richie menjadi seorang dokter yang secara khusus mempelajari impian-impian dan halusinasi, bahkan igauan ketika manusia sedang tidur atau sakit.
***
Pengalaman “mati suri” seperti yang menimpa Goerge Richie rupanya juga pernah dialami oleh penulis novel terkenal Ernest Hemingway. Ceritanya, setelah terluka dalam Perang Dunia I, penulis novel The Old Mand and The Sea itu merasakan sakit yang luar biasa. Suhu badannya tinggi, dan akhirnya dia jatuh pingsan. Dalam keadaan tak sadarkan diri inilah ruhnya pergi keluar meninggalkan tubuhnya.
Pengalaman yang mengesankan ini kemudian dia tuangkan ke dalam novelnya yang berjudul A Farewell to Arms. Salah satu bagian yang menarik, dalam keadaan tidak sadar itu Ernest mengaku telah melihat tubuhnya sendiri yang terbujur kaku. Dia juga merasa telah melihat malaikat-malaikat yang ingin menjemputnya. Namun, ada satu di antara malaikat-malaikat itu yang menghendaki Ernest kembali. Tubuhnya didorong oleh si malaikat. Dengan sebab musabab yang tidak jelas, Ernest bangun. Dia merasa seperti baru saja terjaga dari tidur dengan mimpi yang sangat panjang.
Itulah kisah nyata tentang pengalaman ruh di luar badan. Mudah-mudahan rekaman fakta ini bisa menjadi bahan renungan bagi kita bersama untuk terus menggali misteri tersebut agar kita kelak dapat menjalaninya dengan lapang. Setidaknya sejak sekarang kita mempersiapkan saat yang pasti tiba itu agar tidak terjadi penyesalan yang tanpa akhir di alam sana.
Komentar