JK ROWLING: MEMBUNUH KEINGINAN BUNUH DIRI



AGUS SISWANTO
Sebuah pengakuan tulus dan mengejutkan diungkapkan JK.Rowling, penulis Best Seller, The Harry Potter. “Saya pernah punya fikiran bunuh diri,” demikian katanya sebagaimana dilansir situs http://www.telegraph.co.uk, 24/4/2008.
Rowling mengaku frustasi dengan kegagalan perkawinannya di tahun 1993. Meski perkawinan yang hanya berusia setahun itu dia sempat dikarunia putri, Jessica.
Menjadi single parents dan tinggal di apartemen murahan, ditambah lagi himpitan ekonomi, membuat dirinya menderita. JK Rowling ingin mengakhiri hidupnya.
Namun, kehadiran Jessica membuat semangat hidupnya tidak pernah pudar. Pada awalnya, keinginan bunuh dirinya berjalan seiring dengan tekadnya membesarkan putri semata wayangnya itu.
Tetapi Tuhan Yang Maha Besar berkehendak lain. Tekad membesarkan anak menjadi motivasi yang membunuh keinginannya membunuh dirinya.
Kini sejarah mencatat, JK Rowling tergolong manusia terkaya di jagat ini, bahkan melebihi kekayaan Ratu Elizabeth II. Karyanya telah diterjemahkan ke dalam 64 bahasa dan telah terjual lebih dari 325 juta eksemplar.
Perempuan kelahiran Chipping Sodbury, Gloucestershire, Inggris, pada 31 Juli 1965 ini layak menjadi cermin untuk kita yang mungkin saat ini sedang bergelut dengan deraan hidup. Bunuh diri bukanlah solusi.
Tetapi realitanya, ada manusia yang memilih mengakhiri hidup daripada menjalani hidup.

MENGAPA MANUSIA MEMBUNUH DIRINYA?
Sejarah mencatat kasus bunuh diri figur terkenal. Ambil contoh: Cleopatra, Adolf Hitler, Frederick Nietzhe, Maryln Monroe, Kurt Cobain, dll. Bahkan Shakespeare mengabadikan bunuh diri sepasang kekasih terkenal, Romeo dan Yuliet dalam karya sastranya.
Bunuh diri massal tercatat di Guyana Perancis (1980) ketika pendeta Jim Jones memaksa ratusan jemaatnya minum racun sianida.
Dalam Perang Dunia ke 2, pilot pesawat tempur Jepang melakukan kamikaze dengan menabrakkan pesawatnya ke kapal musuh.
Bunuh diri dilakukan dengan berbagai alasan. Dalam kasus di Guyana, Jim Jones menjanjikan reinkarnasi, suatu bentuk kehidupan yang lebih baik di kehidupan baru nantinya. Pilot tempur Jepang melakukannya dengan kebanggaan tinggi mengabdi Dewa Matahari dan Kaisar Hirohito.
Di negeri origami ini, bunuh diri malah menjadi tradisi atau dikenal dengan semangat bushido. Mereka yang gagal dalam menjalankan tugas (terutama Pejabat Negara), maka demi harga diri dan kehormatannya mereka melakukan bunuh diri (harakiri).
Begitu pula pialang saham di Wall Street, New York. Di pertengahan tahun 1980-an. Mereka beramai-ramai loncat dari gedung WTC, saat nilai saham yang dimilikinya ambruk. Mereka memilih mati ketimbang jatuh miskin.

Bunuh Diri Figur Populer
Ratu Mesir yang cantik, Cleopatra, membiarkan ular berbisa menggigit tubuhnya, karena patah hati dengan kematian kekasihnya Mark Anthony.
Bintang Hollywood era 60-an, Maryln Monroe, mati overdosis karena kecewa dirinya tidak lebih dari boneka yang diperebutkan, sedangkan nuraninya sebagai manusia tidak pernah didengar.
Jimmy Hendrix, gitaris andal mati overdosis menelan drugs LSD dan John Bonham, drummer Led Zeppelin, jantungnya berhenti lantaran minuman keras. Keduanya sedang berada di puncak popularitas dan prestasi tertinggi. Tapi tidak bahagia karena tidak ada lagi tantangan dalam karirnya.
Pemimpin NAZI, Adolf Hitler, menelan sianida bersama istrinya Eva Braun dan kroninya Heinrich Himmler, karena menanggung malu kalah dalam perang. Filsuf Frederick Nietze menganggap manusia munafik, tekun beribadah tetapi gemar menindas sesamanya, hingga ia mengatakan Tuhan Telah Mati. Ia bunuh diri sebagai wujud protesnya.
Penyanyi Rock and Roll Elvis Presley, membunuh dirinya menelan narkoba di luar batas-atau dikenal dengan istilah second breakfast-sarapan kedua (dia memang biasa mengkonsumsi narkoba di pagi hari). Elvis frustasi karena dikhianati istrinya Priscilla. Padahal dalam hidupnya, wanita tidak lebih dari dasi yang bisa diganti sekehendak hatinya. Egonya hancur saat Priscilla selingkuh dengan Mark, pelatih karate.
Pentolan Nirvana, Kurt Cobain, menembak kepalanya sendiri. Ia tidak pernah merasa bahagia meskipun jutaan orang memuja dirinya. Tepuk tangan penonton yang mendengar lantunan suaranya hanya ditanggapi dingin. “Saya tidak bisa seperti Freddy Mercury (Queen) yang begitu bangga dan bahagia setiap kali mendapat applaus penonton,” katanya suatu hari. Kalimatnya yang terkenal: I hate myself and I want to die.
Dalam usia 80 tahun, sastrawan peraih Nobel Ernest Hemingway menenggak racun di tempat tidur. Ia merasa tidak berguna hidup lebih lama karena tidak ada lagi karya sastra yang dihasilkan. Puluhan tahun kemudian perbuatannya itu ditiru cucunya Margaux Hemingway yang gagal menjadi aktris papan atas Hollywood.
Di Belanda, pada awal 80-an, seorang mahasiswa asal Indonesia diketahui bunuh diri dengan menyorongkan tubuhnya ke sebuah kereta api yang melaju kencang. Ia kecewa dengan salah satu mata kuliahnya yang berulang kali gagal dalam ujian. Kebetulan saat itu beredar sebuah lagu yang berbicara reinkarnasi. Lagu ini memotivasinya untuk mengakhiri hidup dan berharap hidup kembali menjadi mahasiswa cerdas. Ini kasus unik dimana bunuh diri dipengaruhi hanya sebuah lagu.
Bobby sandy, tokoh perlawanana Irlandia Utara (IRA), mogok makan hingga mati demi kehormatan dan kemerdekaan negerinya. David Kelly, mantan anggota tim inspeksi senjata PBB di Irak, memotong urat nadi demi nama baik keluarga dan kehormatannya. Pria kelahiran Inggris ini, merasa dikhianati pemerintahnya sendiri.
Bunuh diri juga terjadi karena dirinya merasa terancam kehormatannya. Beberapa Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang mencoba meraup rezeki di negeri orang, meloncat dari apartemen majikannya demi menjaga kehormatannya. Ada juga yang nekad membunuh, meski berakhir dengan hukum pancung.
Dipaksa bunuh diri juga terjadi di bumi ini. Tawanan perang Amerika (Prisoner of War) di Vietnam dipaksa menembak kepalanya sendiri dalam judi maut Rollet Rusia.
Siti Aisyah, juru rias keluarga Fir’aun, bersama anak dan suaminya dipaksa loncat ke dalam kuali panas karena menolak menyembah Fir’aun dan mencabut keimanannya kepada Tuhan dan Nabi Ibrahim alaihissalam. Dan Socrates pun dipaksa menenggak racun.
Bunuh diri bermotif relijius mungkin paling sering dibicarakan. Bunuh diri jenis ini tidak hanya menimpa yang bersangkutan, tetapi mengikutsertakan orang-orang yang tidak tahu menahu dengan tindakan pelakunya. Banyak catatan yang bisa diungkap, seperti kasus WTC 9/11, bom Bali, Intifadha, gerilyawan Elang Macan Tamil, kelompok Sikh di India (aksi bunuh diri yang menewaskan Rajiv Gandhi).
Bahkan bom jihad Hanadi Jaradat di Israel, mencatatkan namanya sebagai martir. Hanadi adalah perempuan lawyer yang sukses dalam karirnya. Tapi dia memilih syuhada demi kemerdekaan negara Palestina.

Menolak Bunuh Diri
Meski begitu, ada banyak manusia yang menolak bunuh diri. Di belahan bumi ini, banyak orang hidup dalam kemiskinan, kelaparan, penyakit tak kunjung sembuh, hutang bertumpuk, peperangan, dll. Tetapi mereka teguh untuk tetap bertahan hidup. Ambil contoh, kamp konsentrasi NAZI di Auswitzh, Austria, tidak membuat tahanannya bunuh diri.
Pejuang Bosnia Herzegovina yang disekap tentara Serbia dan dibiarkan kelaparan hingga tubuhnya kurus, tetap tidak membuatnya bunuh diri. Kelaparan besar yang melanda Ethiophia tahun 1985, tidak membuat warganya bunuh diri,
Penderita penyakit HIV/AIDS yang hingga kini belum ada obatnya tetap bertahan dan optimis, meski kematian tinggal menunggu waktu.
Bahkan konghlomerat yang hutangnya trilyunan pun tetap hidup tenang tanpa berupaya mau membayar hutangnya, apalagi berpikir untuk mengakhiri hidupnya.

JANGAN PUTUS ASA

Karena itu, kita merasa aneh dan sedih mendengar gadis yang kecewa ditinggal pacar dalam keadaan hamil, kemudian mengambil jalan pintas membunuh dirinya. Seolah tidak ada lagi pria yang mau mencintainya dan menerima keadaannya.
Frustasi penyakit tak kunjung sembuh malah mengambil tali menggantung diri. Tidak kuat hidup dalam kemiskinan memilih menenggak racun. Terlalu lama menganggur dan merasa hidup tidak berguna lantas nekad menyuntik putaw, menelan ekstasi atau menghirup shabu untuk mengakhiri hidup.
Padahal, dapat merasakan kehidupan di dunia ini merupakan anugerah terbesar yang diberikan Tuhan. Meski untuk mengarunginya tidak mudah. Ada cobaan dan badai yang datang silih berganti.
Tetapi kalau kita mau mengkaji kembali, sebenarnya Alah swt telah menjanjikan dalam firmanNya: “Karena sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Fa inna ma’al usri yusran, inna ma’al usri yusran”(Q. S.94 : 5-6).
Hal itu berarti, manusia tidak perlu terlalu khawatir dengan kondisi apapun yang menimpa dirinya. Setiap kesulitan pasti diiringi dengan dua kemudahan. Tetaplah yakin bahwa dalam genggaman tanganNya terdapat segala kebajikan.
Di sisi lain, Allah swt tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya: “La yukallifullahu nafsan illa wus’aha” (Q.S: 2 : 286). Karena itu, cobaan dalam bentuk apapun, seperti kemiskinan, penderitaan, kekecewaan, atau apapun, adalah ujian yang harus dihadapi dengan sabar, ikhlas dan tawakkal.
Dengan demikian, jangan mengambil jalan pintas dengan mengakhiri hidup. Semua persoalan pasti ada jalan keluarnya.
Kisah hidup JK Rowling seperti ditulis di atas adalah contoh baik buat kita semua. Bukankah hidup itu indah? Life is beautiful.

Lihat Profil: JK Rowling
http://www.dailymail.co.uk
http://www.telegraph.co.uk/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

NYARIS MATI DI TANGAN NYI GEDE GOA SANGIANG (Berburu Harta Karun Jepang)

RATU ADIL DAN SATRIO PININGIT(Al Mahdi dan Al Barqi)

Pelet Lewat Tatapan Mata