AWAS PRAKTEK PENGGANDAAN UANG!
EKA SUPRIATNA
Dukun Usep sebenarnya tak mampu menggandakan uang atau menarik harta karun dari alam gaib. Tapi karena tergiur harta, dia pun nekat menipu dan membunuh pasien-pasiennya. Kita harus mewaspadai praktek-praktek semacam ini…!
Masih segar dalam ingatan, bagaimana tindakan dukun AS (Ahmad Suradji) di Medan terhadap korban-korbannya. Dengan dalih menuntut ilmu hitam, dukun yang katanya memiliki ilmu begu ganjang ini membantai pasien-pasiennya yang mayoritas perempuan.
Berdasar pengakuan dan hasil otopsi, dukun bejat ini juga sempat menyetubuhi beberapa korbannya sebelum dibunuh. Serta merta seluruh mata dan perhatian masyarakat tertuju pada sosok lelaki kurus asal Medan, Sumatera Utara ini.
Beberapa tahun kemudian, masyarakat perdukunan juga dihebohkan oleh ulah Sumanto. Lelaki asal Probolinggo, Jawa Timur ini mencuri jenzah yang baru saja dikuburkan. Jenazah itu dia masak seperti daging hewan, kemudian dimakan lantaran lapar. Pemuda yang menurut keterangan dokter memiliki penyakit kejiwaan ini pun ditahan polisi dengan tuduhan pencurian mayat. Tapi sejumlah keterangan lain menyebutkan, Sumanto memakan mayat lantaran tuntutan ilmu hitam yang tengah dipelajarinya.
Namun, seperti tak pernah jera, dunia mistik kembali dikejutkan ulah dukun Usep asal Lebak, Banten. Lelaki yang memiliki nama lengkap Tubagus Yusuf Maulana (41), ini sedikitnya membantai 8 orang yang tak lain adalah pasiennya sendiri. Dengan cara diracun 8 orang pasiennya itu dikubur dalam 2 lubang yang berbeda. Pertama pada 17 Mei 2007, dukun Usep membuat ritual penggandaan uang di sebuah perkebunan yang jauh dari pemukiman penduduk. Entah setan apa yang merasuki jiwa Usep, di sana dia meracuni 5 orang pasiennya dan dikubur dalam satu lubang.
Hal yang sama diulangi Usep pada 19 Juni 2007. Hari itu lelaki yang akrab disapa Abah ini mengajak pasien-pasiennya untuk melakukan ritual penggandaan uang di sebuah perkebunan yang letaknya sekitar 1 kilometer dari pemukiman penduduk. Jalan setapak yang terjal mereka lalui menuju lokasi ritual yang katanya keramat. Ditemani beberapa asistennya Usep menggiring pasien-pasiennya menuju lubang maut yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Malang nasib pasien-pasien dukun maut ini, mereka sama sekali tak menyadari niat jahat yang dipersiapkan Usep dan temannya. Di tepi lubang maut itu, pasien-pasien Usep disuruh minum ramuan khusus yang katanya bisa mempertemukan mereka dengan penghuni gaib tempat itu. Tapi sebenarnya ramuan itu adalah campuran air, gula merah dan potassium yang mematikan. Tentu saja tak lama setelah minum ramuan itu, pasien-pasien Usep meregang nyawa di tepi lubang.
Sempurna, Usep berpikir apa yang telah dia lakukan tak akan tercium aparat keamanan. Tapi sepandai-pandai tupai melompat, akhirnya akan jatuh juga. Usep lupa bahwa korban-korban yang dia bantai itu memiliki keluarga yang mereka sayangi. Tentu saja keluarga mereka akan mencari dimana keberadaan korban setelah sekian lama menghilang. Tersirat pemikiran, mungkin korban tengah bertapa di gunung atau di gua. Tapi tentu akan ada akhirnya.
Dan, 23 Juli 2007 lalu adalah awal malapetaka bagi dukun Usep. Kala itu DI, istri Anto, melaporkan pada polisi bahwa dia kehilangan kontak dengan Anto sejak suaminya itu pergi ke dukun Usep. Menanggapi laporan DI, polisi kemudian menelusuri jejak Anto hingga akhirnya Usep mengaku dia telah menghabisi Anto dan kawan-kawannya di sebuah perkebunan. Selain Usep, polisi juga menangkap Oyon, tukang ojek yang sekaligus berprofesi sebagai asisten Usep. Oyon diduga kuat ikut membantu Usep membunuh korban.
Hasil penelusuran Misteri di Cileles, Lebak menemukan kenyataan bahwa Usep sebenarnya bukanlah dukun yang mampu menggandakan uang. Usep hanya dukun jadi-jadian yang mengeruk keuntungan dari pasien-pasiennya. Beberapa tahun terakhir ini Usep memang kerap didatangi orang dari wilayah Jakarta, Tangerang, Bogor, Bekasi dan sekitarnya. Mereka datang dengan berbagai persoalan, tapi bukan untuk menggandakan uang. Beberapa diantara mereka memang ada yang berhasil, tapi tidak sedikit pula yang gagal. “Usep dikenal orang sebagai dukun sekitar 10 tahun lalu. Dia banyak didatangi orang dari kota untuk minta bantuan,” tutur Burhan penduduk Cileles yang ditemui Misteri.
Lebih jauh Burhan menjelaskan, jika tak mampu menangai masalah pasiennya, Usep biasanya akan minta bantuan ke wilayah Malingping, Bayah dan Cikadueun, di pesisir Selatan kabupaten Lebak. Tapi Burhan sendiri tidak mengetahui di mana persisnya, sebab hal ini pun dia ketahui dari beberapa temannya yang kenal dengan Usep. “Kali ini dia kena batunya, mungkin dia melihat pasiennya banyak duit hingga dia tega membunuh pasien-pasiennya itu,” jelas Burhan.
Sementara, kepada para wartawan penyidik Polres Lebak menjelaskan, Usep sebenarnya bukan dukun. Dia tak memiliki kemampuan supranatural atau kesaktian apapun untuk membantu para pasiennya. Apalagi menggandakan uang atau menarik harta karun dari alam gaib. Praktek pedukunan Usep selama ini hanya kedok untuk mengeruk uang dari para pasiennya. Meski diantara pasiennya ada yang berhasil, itu hanya sebuah kebetulan belaka.
Heboh pembantian yang dilakukan dukun Usep ini tentu saja mengundang banyak reaksi. Terutama dari kalangan spiritualis yang banyak terpampang di majalah Misteri. Salah satu dari mereka itu adalah Ki Edan Amongrogo. Diakui Ki Edan, praktek perdukunan sekarang ini telah banyak tercemar oleh dukun jadi-jadian yang sebenarnya tidak memiliki kemampuan apa-apa. Mereka menjadi dukun lantaran merasa profesi ini bisa mendatangkan uang tanpa harus kerja keras. Padahal untuk menjadi seorang dukun atau paranormal tidaklah mudah. Sejumlah ilmu (spiritual-mistik) harus mereka kuasai agar dapat membantu masalah-masalah pasiennya.
Misalnya, seorang paranormal yang secara khusus mempelajari ilmu kedigjayaan, maka jangan heran jika dia memiliki ilmu kebal atau tahan senjata tajam. Ada juga paranormal yang konsisten mempelajari ilmu pelet, maka dia mampu membantu pasien-pasiennya yang bermasalah dengan urusan asmara, cinta atau rumah tangga. Demikian juga dengan paranormal lain yang memiliki kemampuan-kemampuan khusus. Tapi apa yang dilakukan dukun Usep ini adalah sebuah kesalahan. Dia melakukan sesuatu diluar kemampuannya. Dan manakala pasiennya menagih janji sang dukun kelabakan karena tak mampu memenuhinya. Akhirnya tersirat niat untuk menipu dan membantai pasien-pasien itu.
Tidak hanya itu, seorang dukun atau paranormal sejati juga harus mempelajari ilmu rasa, atau dalam istilah kedokteran disebut psikologi. Ilmu ini diperlukan agar seorang paranormal bisa mengarahkan pasiennya untuk tetap optimis dalam menghadapi masalahnya agar dia berhasil. Bagaimana mungkin seorang pasien bisa berhasil jika sang dukun tidak mampu memotivasi pasiennya untuk berhasil. Sebab keberhasilan seorang dukun juga ikut ditentukan oleh prilaku pasiennya. “Paranormal sejati itu bukan hanya mampu baca mantra dan komat-kamit di depan dupa. Tapi dia juga harus mampu membaca kejiwaan pasien dan memotivasi pasiennya untuk berhasil,” jelas Ki Edan.
Lebih jauh tentang praktek dukun Usep, Ki Edan menilai pria beranak dua asal Lebak, Banten, ini bukanlah seorang dukun apalagi paranormal. Dia hanya seorang penipu yang berkedok dukun. Dia hanya memanfaatkan situasi pasiennya yang terjepit untuk kepentingannya sendiri. Sebab sejauh pengamatan Ki Edan, tidak ada atau belum ada paranormal yang mampu menggandakan uang. Yang ada hanyalah nyupang atau ngipri yang menumbalkan nyawa orang lain atau keluarga.
Diakui Ki Edan, dalam situasi ekonomi seperti sekarang ini, jasa dukun, paranormal atau spiritualis memang menjadi laris. Namun hendaknya setiap orang berhati-hati dalam memilih paranormal, sebab banyak orang yang tak memiliki ilmu apa-apa mendadak jadi dukun. Hanya dengan modal penampilan, pakaian dan pembicaraan yang meyakinkan mereka nekat praktek. Alhasil mereka tak mampu berbuat apapun untuk membantu orang lain dan pasien-pasiennya. Begitulah apa yang terjadi atas dukun Usep, karena tergiur harta, dia nekat membunuh pasien-pasiennya.
Dukun Usep sebenarnya tak mampu menggandakan uang atau menarik harta karun dari alam gaib. Tapi karena tergiur harta, dia pun nekat menipu dan membunuh pasien-pasiennya. Kita harus mewaspadai praktek-praktek semacam ini…!
Masih segar dalam ingatan, bagaimana tindakan dukun AS (Ahmad Suradji) di Medan terhadap korban-korbannya. Dengan dalih menuntut ilmu hitam, dukun yang katanya memiliki ilmu begu ganjang ini membantai pasien-pasiennya yang mayoritas perempuan.
Berdasar pengakuan dan hasil otopsi, dukun bejat ini juga sempat menyetubuhi beberapa korbannya sebelum dibunuh. Serta merta seluruh mata dan perhatian masyarakat tertuju pada sosok lelaki kurus asal Medan, Sumatera Utara ini.
Beberapa tahun kemudian, masyarakat perdukunan juga dihebohkan oleh ulah Sumanto. Lelaki asal Probolinggo, Jawa Timur ini mencuri jenzah yang baru saja dikuburkan. Jenazah itu dia masak seperti daging hewan, kemudian dimakan lantaran lapar. Pemuda yang menurut keterangan dokter memiliki penyakit kejiwaan ini pun ditahan polisi dengan tuduhan pencurian mayat. Tapi sejumlah keterangan lain menyebutkan, Sumanto memakan mayat lantaran tuntutan ilmu hitam yang tengah dipelajarinya.
Namun, seperti tak pernah jera, dunia mistik kembali dikejutkan ulah dukun Usep asal Lebak, Banten. Lelaki yang memiliki nama lengkap Tubagus Yusuf Maulana (41), ini sedikitnya membantai 8 orang yang tak lain adalah pasiennya sendiri. Dengan cara diracun 8 orang pasiennya itu dikubur dalam 2 lubang yang berbeda. Pertama pada 17 Mei 2007, dukun Usep membuat ritual penggandaan uang di sebuah perkebunan yang jauh dari pemukiman penduduk. Entah setan apa yang merasuki jiwa Usep, di sana dia meracuni 5 orang pasiennya dan dikubur dalam satu lubang.
Hal yang sama diulangi Usep pada 19 Juni 2007. Hari itu lelaki yang akrab disapa Abah ini mengajak pasien-pasiennya untuk melakukan ritual penggandaan uang di sebuah perkebunan yang letaknya sekitar 1 kilometer dari pemukiman penduduk. Jalan setapak yang terjal mereka lalui menuju lokasi ritual yang katanya keramat. Ditemani beberapa asistennya Usep menggiring pasien-pasiennya menuju lubang maut yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Malang nasib pasien-pasien dukun maut ini, mereka sama sekali tak menyadari niat jahat yang dipersiapkan Usep dan temannya. Di tepi lubang maut itu, pasien-pasien Usep disuruh minum ramuan khusus yang katanya bisa mempertemukan mereka dengan penghuni gaib tempat itu. Tapi sebenarnya ramuan itu adalah campuran air, gula merah dan potassium yang mematikan. Tentu saja tak lama setelah minum ramuan itu, pasien-pasien Usep meregang nyawa di tepi lubang.
Sempurna, Usep berpikir apa yang telah dia lakukan tak akan tercium aparat keamanan. Tapi sepandai-pandai tupai melompat, akhirnya akan jatuh juga. Usep lupa bahwa korban-korban yang dia bantai itu memiliki keluarga yang mereka sayangi. Tentu saja keluarga mereka akan mencari dimana keberadaan korban setelah sekian lama menghilang. Tersirat pemikiran, mungkin korban tengah bertapa di gunung atau di gua. Tapi tentu akan ada akhirnya.
Dan, 23 Juli 2007 lalu adalah awal malapetaka bagi dukun Usep. Kala itu DI, istri Anto, melaporkan pada polisi bahwa dia kehilangan kontak dengan Anto sejak suaminya itu pergi ke dukun Usep. Menanggapi laporan DI, polisi kemudian menelusuri jejak Anto hingga akhirnya Usep mengaku dia telah menghabisi Anto dan kawan-kawannya di sebuah perkebunan. Selain Usep, polisi juga menangkap Oyon, tukang ojek yang sekaligus berprofesi sebagai asisten Usep. Oyon diduga kuat ikut membantu Usep membunuh korban.
Hasil penelusuran Misteri di Cileles, Lebak menemukan kenyataan bahwa Usep sebenarnya bukanlah dukun yang mampu menggandakan uang. Usep hanya dukun jadi-jadian yang mengeruk keuntungan dari pasien-pasiennya. Beberapa tahun terakhir ini Usep memang kerap didatangi orang dari wilayah Jakarta, Tangerang, Bogor, Bekasi dan sekitarnya. Mereka datang dengan berbagai persoalan, tapi bukan untuk menggandakan uang. Beberapa diantara mereka memang ada yang berhasil, tapi tidak sedikit pula yang gagal. “Usep dikenal orang sebagai dukun sekitar 10 tahun lalu. Dia banyak didatangi orang dari kota untuk minta bantuan,” tutur Burhan penduduk Cileles yang ditemui Misteri.
Lebih jauh Burhan menjelaskan, jika tak mampu menangai masalah pasiennya, Usep biasanya akan minta bantuan ke wilayah Malingping, Bayah dan Cikadueun, di pesisir Selatan kabupaten Lebak. Tapi Burhan sendiri tidak mengetahui di mana persisnya, sebab hal ini pun dia ketahui dari beberapa temannya yang kenal dengan Usep. “Kali ini dia kena batunya, mungkin dia melihat pasiennya banyak duit hingga dia tega membunuh pasien-pasiennya itu,” jelas Burhan.
Sementara, kepada para wartawan penyidik Polres Lebak menjelaskan, Usep sebenarnya bukan dukun. Dia tak memiliki kemampuan supranatural atau kesaktian apapun untuk membantu para pasiennya. Apalagi menggandakan uang atau menarik harta karun dari alam gaib. Praktek pedukunan Usep selama ini hanya kedok untuk mengeruk uang dari para pasiennya. Meski diantara pasiennya ada yang berhasil, itu hanya sebuah kebetulan belaka.
Heboh pembantian yang dilakukan dukun Usep ini tentu saja mengundang banyak reaksi. Terutama dari kalangan spiritualis yang banyak terpampang di majalah Misteri. Salah satu dari mereka itu adalah Ki Edan Amongrogo. Diakui Ki Edan, praktek perdukunan sekarang ini telah banyak tercemar oleh dukun jadi-jadian yang sebenarnya tidak memiliki kemampuan apa-apa. Mereka menjadi dukun lantaran merasa profesi ini bisa mendatangkan uang tanpa harus kerja keras. Padahal untuk menjadi seorang dukun atau paranormal tidaklah mudah. Sejumlah ilmu (spiritual-mistik) harus mereka kuasai agar dapat membantu masalah-masalah pasiennya.
Misalnya, seorang paranormal yang secara khusus mempelajari ilmu kedigjayaan, maka jangan heran jika dia memiliki ilmu kebal atau tahan senjata tajam. Ada juga paranormal yang konsisten mempelajari ilmu pelet, maka dia mampu membantu pasien-pasiennya yang bermasalah dengan urusan asmara, cinta atau rumah tangga. Demikian juga dengan paranormal lain yang memiliki kemampuan-kemampuan khusus. Tapi apa yang dilakukan dukun Usep ini adalah sebuah kesalahan. Dia melakukan sesuatu diluar kemampuannya. Dan manakala pasiennya menagih janji sang dukun kelabakan karena tak mampu memenuhinya. Akhirnya tersirat niat untuk menipu dan membantai pasien-pasien itu.
Tidak hanya itu, seorang dukun atau paranormal sejati juga harus mempelajari ilmu rasa, atau dalam istilah kedokteran disebut psikologi. Ilmu ini diperlukan agar seorang paranormal bisa mengarahkan pasiennya untuk tetap optimis dalam menghadapi masalahnya agar dia berhasil. Bagaimana mungkin seorang pasien bisa berhasil jika sang dukun tidak mampu memotivasi pasiennya untuk berhasil. Sebab keberhasilan seorang dukun juga ikut ditentukan oleh prilaku pasiennya. “Paranormal sejati itu bukan hanya mampu baca mantra dan komat-kamit di depan dupa. Tapi dia juga harus mampu membaca kejiwaan pasien dan memotivasi pasiennya untuk berhasil,” jelas Ki Edan.
Lebih jauh tentang praktek dukun Usep, Ki Edan menilai pria beranak dua asal Lebak, Banten, ini bukanlah seorang dukun apalagi paranormal. Dia hanya seorang penipu yang berkedok dukun. Dia hanya memanfaatkan situasi pasiennya yang terjepit untuk kepentingannya sendiri. Sebab sejauh pengamatan Ki Edan, tidak ada atau belum ada paranormal yang mampu menggandakan uang. Yang ada hanyalah nyupang atau ngipri yang menumbalkan nyawa orang lain atau keluarga.
Diakui Ki Edan, dalam situasi ekonomi seperti sekarang ini, jasa dukun, paranormal atau spiritualis memang menjadi laris. Namun hendaknya setiap orang berhati-hati dalam memilih paranormal, sebab banyak orang yang tak memiliki ilmu apa-apa mendadak jadi dukun. Hanya dengan modal penampilan, pakaian dan pembicaraan yang meyakinkan mereka nekat praktek. Alhasil mereka tak mampu berbuat apapun untuk membantu orang lain dan pasien-pasiennya. Begitulah apa yang terjadi atas dukun Usep, karena tergiur harta, dia nekat membunuh pasien-pasiennya.
Komentar