Postingan

Menampilkan postingan dengan label tasawuf

MARTABAT TUJUH DALAM SULUK SUJINAH DAN SERAT WIRID HIDAYAT JATI

L.S. AHMAD Dalam mencari ridhoNya, para sufi menggunakan jalan yang bermacam-macam. Baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama, dengan melalui kearifan, kecintaan dan tapa brata. Sejarah mencatat, pada akhir abad ke-8, muncul aliran Wahdatul Wujud, suatu faham tentang segala wujud yang pada dasarnya bersumber satu. Allah Ta’ala. Allah yang menjadikan sesuatu dan Dialah a’in dari segala sesuatu. Wujud alam adalah a’in wujud Allah, Allah adalah hakikat alam. Pada hakikatnya, tidak ada perbedaan antara wujud qadim dengan wujud baru yang disebut dengan makhluk. Dengan kata lain, perbedaan yang kita lihat hanya pada rupa atau ragam dari hakikat yang Esa. Sebab alam beserta manusia merupakan aspek lahir dari suatu hakikat batin yang tunggal. Tuhan Seru Sekalian Alam. Faham wahdatul wujud mencapai puncaknya pada akhir abad ke-12. Muhyidin Ibn Arabi,seorang sufi kelahiran Murcia, kota kecil di Spanyol pada 17 Ramadhan 560 H atau 28 Juli 1165 M adalah salah seorang tokoh utamanya pada zama

MARTABAT TUJUH DALAM SULUK SUJINAH DAN SERAT WIRID HIDAYAT JATI (2)

L.S. AHMAD Martabat Ke dua, Martabat Wahdah Martabat kedua, dari martabat tujuh adalah al-Wahdah, yaitu al-Ta'ayyun Awal. Tingkat perbedaan pertama, atau awal ada dalam tingkatan ini. Tegasnya mulai adanya batas perbedaan. Tetapi, walau ada tingkat perbedaan awal, namun Zat-Nya masih dalam keadaan universal yang masih menyatu dalam alam ketuhanan-Nya, yang disebut al-Martabah Ilahiyyah. Hal tersebut di atas diiraikan dalam nukilan terjemahan Suluk Sujinah; Dan martabat kedua adalah Wahdah. Nama-nama sifat yang awal diuraikan. Awalnya ruh yang akan menguraikan nama-nama roh yang wujudnya masih dalam bentuk hak. Dan Cahaya-Nya dinamakan Nur Muhammadiyah. Wujud ilmu dari nur adalah ibadah pengetahuan yang sejati. Pada tingkatan ini belum dapat diuraikan. Pengetahuan sejatinya adalah dalam tingkatan Wahdat. Namun, Pangeran, Allah dalam wujud yang jamak, namun diri-Nya adalah kehampaan. Tak ada Pangeran selain Allah, ia hanya Allah yang tunggal. Tunggal wujud-Nya. Dia yang memberikan pe

TASAWUF SEBAGAI PARADIGMA (BARU) SAINS ISLAMI

AGUS SISWANTO Spiritualisme pernah menduduki posisi terendah dalam sains modern. Hal itu karena sains berpijak pada fakta yang terindera dan disahkan oleh rasio (akal). Sedangkan spiritualisme menitik beratkan pada aspek batiniah, sesuatu yang tidak akan pernah terjangkau laboratorium tercanggih manapun. Meski begitu, kini saintis mulai melirik bentuk-bentuk spiritual untuk melengkapi kekurangan pada sains fisis. Kegagalan saintis menemukan obat HIV/AIDS, terapi paling manjur bagi penderita kecanduan narkoba dan beragam penyakit baik jasmani maupun rohani, mendorong mereka mengkaji secara lebih intensif perilaku spiritual yang nota bene non ilmiah. Begitupun di bidang fisika, terori-teori atau sekedar postulat ilmiah hingga kini masih belum menemukan kesatuan hukum yang lebih niversal. Sudah bukan rahasia lagi kalau spiritualis (ahli spiritual) tempo dulu dikenal memiliki reputasi tinggi di bidang sains. Misalnya saja hasil karya arsitektur seperti Piramida, Candi Borobudur, Candi An

BUDAK YANG AJAIB

MAWAN SUGANDA Berkat ketakwaannya kepada Allah SWT, budak itu memiliki sejumlah karomah yang menunjukkan keajaiban di luar akal sehat. Seperti apakah kisahnya…? Dikisahkan, pada suatu hari Abdul Wahid bin Zaid RA berjalan-jalan di pasar. Tiba-tiba ia melihat seorang budak yang sedang dijual. Saat Abdul Wahid menatapnya, secara tak sengaja budak itupun juga menatap Abdul Wahid dengan sorot mata yang tajam. Setelah bertatapan dengan si budak, Abdul Wahid tiba-tiba sangat ingin membeli buduk tersebut untuk dikerjakan di rumahnya. Setelah harga disepakati oleh si pemilik budak, maka Abdul Wahid pun akhirnya membelinya. Budak ini ternyata seorang yang taat dan sentiasa melakukan semua pekerjaannya dengan tekun. Abdul Wahid merasa sangat heran melihat perilaku budaknya ini. Di waktu siang ia bekerja dengan tekun, namun ketika malam tiba si budak tidak pernah ada di kamar yang telah dipersiapkan untuknya. Hingga suatu hari, kebiasaan budak ini diketahui oleh Abdul Wahid. “Heran, kemana sesung