PERTEMUAN DENGAN SANG PEWARIS KOIN BERDARAH


GOENAWAN WE
Sang pewaris koin berdarah ingin mewariskan koin setan miliknya kepada Misteri. Koin kuno yang disebut Ndil itu berasal dari zaman Majapahit. Dia bisa digunakan untuk menyedot kekayaan secara gaib. Berikut kisah pertemuan wartawan Misteri dengan sang pewaris Ndil Setan....
Berhati-hatilah bila Anda menemukan uang yang terjatuh di suatu tempat, namun terkesan tidak wajar. Uang tersebut biasanya sengaja diletakkan di perempatan jalan, maupun di tempat-tempat lainnya. Hal semacam ini dipercaya merupakan jebakan orang-orang yang nyupang atau para penghamba setan yang diistilah oleh masyarakat Jawa sebagai Pesugihan Ndil.
Menurut cerita, ilmu Pesugihan Ndil sudah ada sejak zaman dahulu kala. Dikisahkan, ketika tanah Jawa masih berada dalam zaman kerajaan, hiduplah para pendekar penganut ilmu hitam. Mereka kerap melakukan perang tanding dengan kekuatan setan yang dimilikinya. Karena itulah banyak di antara mereka yang pada akhirnya menemui kematian secara tidak wajar.
Menurut kepercayaan, seorang penganut ilmu hitam yang mati tidak wajar, seperti dibunuh atau kalah dalam perang tanding ilmu, dan bila saat mati di sakunya masih menyimpan kepingan uang logam, maka kepingan uang ini dapat digunakan sebagai jimat pesugihan. Caranya? Oleh sesama penganut ilmu hitam, kekuatan ilmu si pemilik koin dibangkit dan dititipkan pada kepingan uang tersebut. Nah, inilah sesungguhnya cikal bakal apa yang disebut sebagai Pesugihan Ndil. Sebagai konsekuensi, para pelaku pesugihan ini tentunya harus melakukan penumbalan. Caranya adalah dengan membuang uang di sembarang tempat. Siapa yang mengambil uang tersebut, maka dialah si calon tumbal.




Jum'at Kliwon, 24 November 2006 yang lalu, Misteri berziarah di Kota Gede, tempat peristirahatan pendiri Dinasti Mataram Isalam. Di tempat inilah Misteri bertemua dengan seorang lelaki tua yang dalam perkenalannya mengaku bernama Ki Remong dari Jawa Timur.
Dalam kerentaannya, tampak tatap mata keletihan pada diri Ki Remang. Sorot matanya seakan menggambarkan di kedalaman lubuk hatinya menyimpan sebuah penyesalan yang amat dalam.
Ketika duduk di Sendang Sarira, yang dipercaya mata airnya berasal dari pasarean Panembahan Senopati sewaktu dikebumikan, lelaki tua itu tahu-tahu sudah berdiri di samping Misteri. Tentunya hal ini cukup mengejutkan Misteri. Apalagi ketika melihatnya dengan pakaian serba hitam, rambut dan jenggot yang telah memutih.
"Nak Mas, sedang apa?" Tanya lelaki tua itu di awal pertemuan. Akhirnya, melalui perkenalan ini dia menyebut dirinya bernama Ki Remong.
"Ini, Pak, sedang melepas lelah!" Jawab Misteri.
Kami pun lalu ngobol ala kadarnya. Tak disangka, akhirnya pembicaraan mengarah ke hal supranatural.
Awallnya, Ki Remang mengeluarkan sekeping mata uang kuno yang boleh jadi amat langka. Misteri sendiri belum pernah menyaksikan mata uang jenis seperti itu.
"Ini mata uang kuno terbuat dari emas. Diperkirakan sezaman dengan Kerajaan Majapahit!" Jelasnya seolah bisa membaca keheranan Misteri. "Tahu keistimewaannya mata uang ini, Nak Mas?" Tanyanya pula sambil menatap Misteri dengan tajam.
"Ya, saya kira karena kekunoannya, Pak!" Jawab Misteri.
Dia tersenyum, meski senyumnya terkesan amat hambar. Lalu, katanya, "Mata uang ini bukan sembarang mata uang, Nak Mas. Tapi mata uang yang bisa dipergunakan untuk menarik kekayaan dengan jalan gaib. Kau tahu, mata uang ini Bapak dapatkan dari turun-temurun, sejak nenek moyang keluargaku dahulu."
"Wah, kalau demikian koin itu memiliki nilai yang amat bersejarah bagi Bapak," komentar Misteri, singkat.
"Begitulah, Nak Mas!" Tegasnya. Dengan nada lirih dia kemudian menambahkan, "Tapi koin ini juga menyimpan sejarah yang amat kelam dan penuh dengan darah."
Misteri terbelalak mendengarnya. "Bagaimana bisa seperti itu, Pak?" Tanya Misteri.
Ki Remang kemudian menceritakan bahwa leluhurnya zaman dahulu sebenarnya masih berdarah biru. Akibat keruntuhan Majapahit membuat banyak bangsawan lari dari tembok istana dan hidup terlunta-lunta, salah satu bangsawan tersebut adalah nenek moyang Ki Remang. Kemiskinan membuat kehidupan mereka sangat berat setalah sebelumnya mereka hidup dalam suasana serba berkecukupan.
Di saat krisis kepercayaan, datang bujukan setan kepada kakek moyang Ki Remang. Dia mendatangi seorang penganut ilmu hitam, hingga akhirnya dia diberi sekeping mata uang. Kata sang penganut ilmu hitam, koin tersebut didapatnya dari ahli saku baju penghamba ilmu hitam yang jadi musuhnya. Saat sang musuh mati bersimbah darah akibat kalah adu kesaktian, maka koin tersebut diambilnya. Dan mata uang itu kemudian diberi nama Ndil.
Mata uang tersebut kemudian dipercaya mampu menyedot kekayaan dari alam gaib, namun harus ada tebusannya, berupa penumbalan manusia setiap tahun sekali. Cara yang digunakan, cukup selama satu malam mengambil uang yang berlaku di zamannya, dengan dibumbui berbagai sesaji. Ndil tersebut ditaruh di atas uang dimaksud.
Lalu dipagi buta, uang yang telah dirituali itu diletakkan di perempantan jalan, di bawah pohon, ataupun tempat tempat-tempat strategis lainnya. Dia siap diumpankan. Nah, siapa saja yang mengambil uang ini, maka dia telah masuk dalam jebakan gaib setan Ndil. Dalam beberapa waktu orang yang mengambil uang jebakan ini akan sakit. Sesuai waktu yang ditentukan nyawanya akan melayang.
Praktek semacam inilah yang turun-temurun dilakukan oleh leluhur Ki Remong.
"Sebenarnya, Bapak punya maksud apa memperlihatkan mata uang Ndil itu pada saya?" Tanya Misteri setelah larut dalam cerita yang dituturkan oleh Ki Remang.
"Kalau Nak Mas mau, mata uang Ndil ini akan saya wariskan pada sampeyan!" Kata Ki Remong sambil menatap Misteri.
Misteri tersenyum kecut, sambil dengan hati-hati berkata, "Astaghfirrullah! Sejak kecil saya ini cuma ingin hidup sederhana dan cukup saja. Nggak kepengin yang neko-neko. Apalagi mencari kekayaan dengan cara seperti itu. Lebih baik, larung saja mata uang setan itu, Ki!"
"Saya juga resah, sudah terlalu banyak dosa yang saya perbuat. Makanya saya berziarah di sini untuk menenangkan batin saya, dan mudah-mudahan mendapat petunjuk dari Yang Maha Kuasa!" Jawab Ki Remang dengan sorot mata menerawang jauh.
"Itu jauh lebih baik, Ki?" Tanggap Misteri.
Ki Remang kembali mengarahkan pandangannya kepada Misteri. Dengan suara agak parau dia bercerita lagi, "Saat berziarah di makam Ki Gede Pemanahan, saya mendapat bisikan gaib bahwa jika ada seseorang yang diberi mata uang Ndil tidak mau, dialah yang ditunjuk alam untuk melepaskan ikatan gaib saya dengan penunggu gaib Ndil ini. Dan saya rasa, Nak Mas-lah yang dimaksudkan."
Misteri tersenyum. "Ki Remong ini ada-ada saja, apalah artinya wong-sudro seperti saya ini, Ki!"
Dia memaksa menyerahkan mata uang Ndil-nya ke tangan Misteri. Dan saat berada di tangan Misteri, terasa sekali getaran magis pemberontakan yang sangat kuat. Bahkan keanehan mendadak terjadi. Ya, tiba-tiba pandangan mata Misteri berubah menjadi gelap dan pekat!
Anehnya lagi, dalam kegelapan itu muncul sesosok makhluk yang sangat mengerikan. Wujudnya berupa manusia bersisik sepeti ular kehitaman, kepala naga dan mata merah menyala. Sangat mengerikan.
Makhluk itu mendesis-desis, dan berkata, "Tak ada yang bisa memutus perjanjian gaib ini hingga akhir zaman!"
Dengan kepasrahan jiwa pada Sang Murbeng Ing Dumadi, Misteri serahkan jiwa dan raga ini. Hanya kepada Tuhan-lah tempat memohon dan meminta pertolongan, dan tak ada satu kekuatanpun di alam ini yang mampu menandingiNya.
Lalu Misteri membaca mantera Kalacakra, "Ya maraja-Jaramaya, Ya Marani-Niramaya, Ya doyudo-dayudoya, Ya siyaca-cayasiya, Ya sihama-mahasiya. Ya Allah (11x), Ya Kudus (11x), Ya Salam (11x)."
Aneh, kemudian terlihat lingkaran cakra berputar di kepala setan Ndil. Terlihat dia ketakutan dan lama-lama dia termakan oleh pusaran Kalacakra, lalu terbakar.
"Puji syukur kehadiratMu, Ya Gusti Ingkang Paring Pepadhang titah sa-wantah," batin Misteri dengan penuh ketulusan.
Setelah tersadar dari alam kegelapan itu, Misteri lihat Ki Remong juga tergeletak tak sadarkan diri. Dari mulutnya mengeluarkan darah segar, meski tak terlalu banyak. Akhirnyanya lelaki tua itu tersadar setelah Misteri mengoleskan sedikit minyak angin di keningnya.
Ki Remang mengahturkan terima kasihnya pada Misteri. Mungkin, dia merasa bersyukur sebab telah terlepas dari perbudakan setan Ndil di hari tuanya.
Mata uang kuno bertenaga setan itu akhirnya Misteri labuh di sendang Sarira, agar selamanya terpendam diperut bumi. Dengan harapan, semoga tak ada orang yang menemukannya dan membangkitkan kembali kekuatan setan yang bersemayam di dalamnya.

Boks:
PENDAPAT PAKAR SUPRANATURAL TENTANG PESUGIHAN NDIL

Berkaitan dengan peristiwa aneh yang dialami oleh Misteri tentang pesugihan dengan menggunakan mata uang kuno yang dikenal dengan sebutan Ndil, menurut pakar spiritual Kejawen Eyang Ponco Wijono, ilmu ini merupakan jenis ilmu pangiwa (kiri) yang hampir punah keberadaannya. Namun masih ada beberapa orang yang mewarisinya.
"Sebenarnya Ki Remong sudah lama ingin lepas dari ikatan hitam leluhurnya dengan setan Ndil. Namun dia tak berdaya karena ancaman setan Ndil yang mau menumpes kelor (dibunur semua keluarganya). Selain itu setiap dibuang, mata uang kuno itu selalu kembali lagi pada dirinya," kata spiritualis yang tinggal di Desa Cangakan, Karanganyar, Solo, Jateng itu.
Menurutnya lagi, Pesugihan Ndil adalah cara memperkaya diri dengan gaib yang menggunakan penumbalan nyawa. Ciri khas uang jebakan bila sudah diambil orang, dalam wadah mata uang kuno yang dihuni oleh setan Ndil itu, secara aneh akan mengeluarkan darah segar yang berbau anyir, dan darah itu adalah darah manusia yang menjadi korbannya.
"Beruntung sekali dimasa tuanya, dengan petunjuk gaib dari paseraan leluhur Imogiri, Ki Remong berhasil melepaskan diri dari perjanjian gaib dengan setan Ndil," tegasnya.
Amat disayangkan, wawancara Misteri dengan pakar spiritual Kejawen yang sangat Misteri hormati ini adalah wawancara yang terakhir. Pada bulan Desember lalu Eyang Ponco Wijono telah tutup usia dengan tenang. Selamat jalan, Eyang! Semoga Tuhan mengampuni segenap dosa dan menerima segala kebaikanmu.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

NYARIS MATI DI TANGAN NYI GEDE GOA SANGIANG (Berburu Harta Karun Jepang)

Perjanjian Gaib dengan Nyai Plencing

RATU ADIL DAN SATRIO PININGIT(Al Mahdi dan Al Barqi)