BUDAK YANG AJAIB

MAWAN SUGANDA
Berkat ketakwaannya kepada Allah SWT, budak itu memiliki sejumlah karomah yang menunjukkan keajaiban di luar akal sehat. Seperti apakah kisahnya…?
Dikisahkan, pada suatu hari Abdul Wahid bin Zaid RA berjalan-jalan di pasar. Tiba-tiba ia melihat seorang budak yang sedang dijual. Saat Abdul Wahid menatapnya, secara tak sengaja budak itupun juga menatap Abdul Wahid dengan sorot mata yang tajam.

Setelah bertatapan dengan si budak, Abdul Wahid tiba-tiba sangat ingin membeli buduk tersebut untuk dikerjakan di rumahnya. Setelah harga disepakati oleh si pemilik budak, maka Abdul Wahid pun akhirnya membelinya.
Budak ini ternyata seorang yang taat dan sentiasa melakukan semua pekerjaannya dengan tekun. Abdul Wahid merasa sangat heran melihat perilaku budaknya ini. Di waktu siang ia bekerja dengan tekun, namun ketika malam tiba si budak tidak pernah ada di kamar yang telah dipersiapkan untuknya. Hingga suatu hari, kebiasaan budak ini diketahui oleh Abdul Wahid.
“Heran, kemana sesungguh budak itu pergi?” Tanya Abdul Wahid dalam hati. Walaupun ia telah mencarinya ke segenap penjuru rumah, namun budak itu diketemukannya. Anehnya lagi, pintu rumah senantiasa tertutup dan tidak ada tanda-tanda bahwa pintu telah dibuka seseorang.
Kendati malamnya pergi entah kemana, namu saat pagi buta tiba, budak tersebut telah berada kembali di dalam rumah. Herannya, ketika pagi itu si budak berada di hadapan Abdul Wahid, ia lalu menyerahkan satu keping uang dirham, yang di atasnya terukir surah Al-Ikhlas. Ketika ditanya oleh Abul Wahid dari mana gerangan budak tersebut pergi dan mendapatkan kepingan uang dirham seperti itu, maka dijawab olehnya, "Saya akan memberi kepada tuan setiap hari satu keping uang dirham asalkan tuan jangan bertanya kemana saya pergi."
Abdul Wahid terdiam sesaat. Namun kemudian ia menerima syarat tersebut.
Satelah sekian lama peristiwa ini berlangsung, pada suatu hari datang seorang teman Abdul Wahid. Sang teman memberi tahu bahwa pekerjaan budak milikanya setiap malam adalah menggali kubur untuk orang yang telah maninggal dunia. Tentu saja Abdul Wahid amat terkejut mendengar berita ini. Namun ia tidak ingin percaya begitu saja. Abdul Wahid berjanji dalam hati akan menyelidiki terlebih dahulu laporan temannya ini.
Pada suatu malam salepas sembahyang Isya, Abdul Wahid mengintai gerak gerik budaknya. Sang budak sendiri tidak mengetahui bahawa dirinya sedang diawasi oleh majikannya.
Setelah sekian lama mengintip, Abdul Wahid melihat budaknya melangkah menuju ke pintu. Aneh bin ajaib! Hanya dengan menunjukkan jarinya saja daun pintu yang berat itu terbuka dengan sendirinya. Karuan, Abdul Wahid terheran-heran melihatnya. Terlebih ketika dia melihat pintu itu kembali menutup dan terkunci dengan sendirinya.
“Pantas kelau selama ini pintu selalu terkunci rapat meskipun dia pergi ke luar rumah. Aneh, siapa sesungguhnya orang itu?” Pikir Abdul Wahid dalam hati.
Satelah budaknya keluar dan pintu tersebut tertutup kembali dengan sendirinya, Abdul Wahid terus mengikuti budaknya, sehingga sampailah ke suatu tempat yang sangat lapang (padang pasir). Si budak lalu mengganti pakaiannya dengan pakaian lain yang terbuat dari kain kasar semacam karung goni. Budak tersebut terus kemudian menunaikan solat sehingga terbit fajar. Satelah selesai solat, ia menengadahkan tangan ke langit, seraya memohon kepada Yang Maha Berkuasa dengan berkata, "Wahai Tuhanku Yang Maha Besar, berilah upah kepadaku walau itu hanya kecil saja!"
Selesai berdoa demikian, maka jatuhlah sekeping uang dirham dari langit, dan langsung diambil oleh budak tersebut. Sementara, di tempat yang tersembunyi Abdul Wahid memperhatikan semua yang dilakukan budaknya itu dengan perasaan heran dan takjub.
Oleh kerana hari sudah hampir siang, Abdul Wahid segera keluar dari tempat persembunyianya. Ia bermaksud mencari air di sekitarnya untuk berwudhu dan menunaikan solat Subuh.
Selesai menunaikan solat subuh, ia lalu berdoa meminta ampunan kepada Allah SWT. Ia berjanji akan memerdekakan budaknya itu, kerana ia merasa seorang hamba yang saleh tidak seharusnya menghambakan diri kepada sesama manusia.
Selesai berdoa Abdul Wahid mencari budaknya. Tetapi tidak berhasil menemukannya. Budak itu telah pergi entah kemana. Rasanya bagitu cepat sekali.
Setelah tidak berhasil menemukan budaknya, Abdul Wahid akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumahnya. Namun aneh, ketika ia mencari jalan untuk pulang, ternyata ia tak bisa menemukannya. Ia sungguh tak menyangka kalau tempat tersebut tersanyata sangat asing baginya.
Abdul Wahid cemas dan menyesal atas tindakannya. Berulang kali ia mundar mandir tidak tentu arah, namun tetap saja ia tak menemukan jalan pulang. Ketika keputusaan dan kelelahan mendera tubuhnya di padang pasir nan sunyi itu, tiba-tiba ia melihat bayang-bayang dari jauh ada orang berkuda sedang menuju ke arahnya.
Dengan parasaan senang tidak sabar, Abdul Wahid menunggu kedatang orang berkuda itu. Saat sampai di hadapannya, orang berkuda tersebut lantas bertanya, "Apakah yang sedang kamu kerjakan di tengah-tengah padang pasir ini, wahai Abdul Wahid?"
Abdul Wahid keheranan dan bertanya di dalam hatinya, “Bagaimanakah orang ini bisa mengetahui namaku?”
Setelah menetralisir keheranan itu, Abdul Wahid kemudian menceritakan kepada orang berkuda tentang apa yang telah terjadi atas diri. Mendengar cerita Abdul Wahid, orang berkuda itu lalu berkata, "Janganlah kamu berpikiran buruk terhadap apa yang telah terjadi!"
Abdul Wahid mengangguk-ngangguk saja mendengar apa yang dikatakan oleh orang berkuda. Sampai kemudian orang berkuda berkata lagi, "Tahukah kamu berapa jauh rumah kamu dangan tempat ini?"
"Saya tidak tahu, Tuan!" Jawab Abdul Wahid.
"Jaraknya adalah dua tahun perjalanan dengan kuda yang berlari dengan cepat!" Jelas orang berkuda.
Abdul Wahid semakin heran mendengar kata-kata orang berkuda. Dalam hati dia berkata, “Bagaimana mungkin bisa demikian. Bukankah ketika aku mengikuti budakku malam tadi hanya beberapa lama saja untuk perjalanan kemari?”
Sebelum berlalu, orang berkuda tersebut berpesan kepada Abdul Wahid supaya menunggu saja di tempatnya yang sekarang. dan jangan pergi kemana-mana.
“Nanti malam budakmu itu akan datang dan kamu boleh mengikutinya pulang nanti!” Kata orang berkuda yang misterius itu.
Abdul Wahid mematuhi pesan tersebut. Ia hanya menunggu di situ, seperti apa yang dipesan oleh orang berkuda. Selama menuggu, Abdul Wahid sudah beberapa kali tertidur dan terjaga kerana keletihan dan kehausan.
Anehnya, suatu saat ketika Abdul Wahid terjaga dari tidurnya, maka ia mendapatkan makanan dan minuman telah terhidang di sisinya. Anehnya lagi budaknya juga telah berada di situ. Si budak mepersilahkan Abdul Wahid menikmati makanan dan minuman yang telah terhidang. Karena sudah hampir kelaparan, tanpa bekata apa-apa Abdul Wahid langsung makan dengan lahapnya.
Melihat Abdul Wahid makan dengan lahap, budak itu berkata kepadanya, "Saya harap, Tuan jangan sekali-kali lagi mengulangi pebuatan ini. Dan sekarang, tunggulah disini hingga saya selesai solat."
Setelah berkata demikian, budak itu terus mengerjakan solat sehingga terbit fajar. Satelah selesai sembahyang, sang budak berdoa seperti malam sebelumnya. Aneh, tiba-tiba jatuh sekeping dirham dari langit. Kali ini langsung diberikannya kepada Abdul Wahid. Si budak kemudian mengambil satu dirham lagi dari sakunya seraya berkata, "Ini uang dirham untuk malam kemarin!" Ia kembali memberikan dirham itu kepada majikannya.
Ringkas cerita. Si budak mengantar majikannya pulang ke rumah. Abdul Wahid merasa heran sebab mereka bisa berjalan dengan cepatnya, dan tidak sampai beberapa saat mereka telah tiba di hadapan rumah Abdul Wahid.
Setibanya di depan rumah, si budak bertanya kepada Abdul Wahid, "Betulkah tuan akan memerdekakan saya kerana Allah Taala?"
Abdul Wahid terkesima sebab budaknya telah tahu doa yang diucapkannya kepada Tuihan. "Benar!" Jawabnya.
Mendengar itu, si budak menunjukkan ke arah batu yang menjadi pengganjal daun pintu, dan ia mengatakan bahwa batu itu adalah uang sebagai tebusannya.
Abdul Wahid merasa heran bagaimnana bisa batu pengganjal pintu itu dikatakan sebagai uang tebusan. Lalu, Abdul Wahid mengambil batu tersebut. Aneh, dengan serta merta batu tersebut berubah menjadi sebongkah emas. Abdul wahid tentu saja amat heran melihat kejadian ini.
Karena melihat sendiri bagaimana Allah SWT sangat dekat dan menyayangi budak tersebut, maka siang harinya Abdul Wahid pergi ke rumah kawannya yang menuduh budaknya itu telah bekerja menggali kubur. Abdul menceritakan kepada kawannya semua kejadian yang telah berlangsung di depan mata kepalanya sendiri.
Sementara Abdul Wahid berada di rumah kawannya, di rumahnya sendiri telah terjadi kekecuan. Anak perumpuan Abdul Wahid mencaci maki budak itu, kerana menyangka selama dua malam ayahnya tidak pulung ke rumah dan menuduh si budak telah membunuhnya. Anak perempuan Abdul Wahid menuding budak itu marah karena ayahnya berulang kali mengintip perbuatan jahat si budak menggali kubur orang mati.
Anak perempuan Abdul wahid itu dengan perasaan marah telah mengambil sebongkah batu, dan memlemparkannya ke arah budak tersebut. Lemparan ini terkena pada matanya dan menyebabkan bola mata si budak pecah dan keluar. Tak kuat menahan sakit, budah itu lalu jatuh pingsan.
Setelah peristiwa itu, tak berapa lama kemudian Abdul Wahid pulang ke rumahnya. Saat itu orang-orang ramai di rumah Abdul Wahid karena ingin melihat apa yang telah terjadi.
Begitu mengetahui kejadian tersebut, dengan perasaan marah Abdul Wahid mengambil pedang, lalu memotong tangan anaknya hingga putus. Abdul Wahid merasa kesal atas tuduhan yang dibuat oleh anaknya terhadap budak itu.
Satelah Abdul Wahid memotong tangan anaknya, budak itu lalu sadar dari pengsan. Budak itu bangkit serta mengambil bola matanya yang pecah dan terjatuh, lalu dimasukkan kembali ke dalam kelopaknya sambil berdoa kepada Allah supaya memulihkan kembali penglihatannya. Satelah berdoa, matanya kembali sembuh seperti sedia kala. Lalu, budak itu pergi mengambil potongan tangan anak Abdul Wahid yang putus. Ia menyambungkannya kembali seraya membaca sesuatu. Tidak lama kemudian tangan anak Abdul Wahid kembali pulih seperti sedia kala.
Selepas kejadian ini, si budak segera berpamitan dan pergi dari tempat itu. Sementara orang-orang keheranan dan takjub melihat keajaiban yang telah terjadi.
Demikianlah besarnya derajat orang yang taat dan patuh kepada perintah Allah. Budak itu telah memperolehi derajat dan kemulian dari Allah Subhanahu Wataala.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

NYARIS MATI DI TANGAN NYI GEDE GOA SANGIANG (Berburu Harta Karun Jepang)

Perjanjian Gaib dengan Nyai Plencing

RATU ADIL DAN SATRIO PININGIT(Al Mahdi dan Al Barqi)